Jumat, 16 November 2012

Sang Sufi




                Seorang ulama sifi bernama Nidzam Al-Mahmudi tinggal di sebuah kampung terpencil, dalam sebuah sebuah gubuk kecil. Dia bersama istri dan anak-anaknya hidup dengan sangat sederhana.  Biarpun hidup dalam kesederhanaan, semua anaknya cerdas dan berpendidikan.

              Selain penduduk kampung itu, tidak ada yang tahu bahwa Midzan  Al-Mahmudi mempunyai kebun yang luas berhektar-hektar dan perniagaan yang maju di kota-kota besar. Dengan kekayaannya itu, dia bisa menghidupi ratusan keluarga yang bergantung kepadanya.

             Tingkat kesejahteraan para pegawainya bahkan jauh lebih tinggi ketimbang sang majikan. Namun Midzan Al-Mahmudi merasa bahagia dan damai menikmati perjalanan usianya.
"Mengapa ayah tidak membangun rumah yang besar dan indah?" tanya anaknya.
"Ada beberapa sebab mengapa ayah lebih suka menepati sebuah gubuk kecil, "jawab sang sufi,
"Pertama. karena betapapun besarnya rumah kita, yang kita butuhkan ternyata hanya tempat duduk dan berbaring.
             Rumah besar sering menjadi penjara bagi penghuninya.  Seharian, dia cuma mengurung diri sambil menikmati keindahan istananya.  Dia jauh dari masyarakatnya. Dia pun jauh dari alam bebas yang indah ini.  Akhibatnya, dia akan kurang bersyukur kepada Allah,"

             "Kedua, dengan menepati sebuah gubuk kecil, kalian akan cepat dewasa. Kalian ingin segera memisahkan diri dari orang tua supaya bisa menghuni rumah yang lebih luas.  Ketiga, kami dahulu hanya berdua, ayah dan ibu.  Kelak, akan berdua lagi setelah semua anak a berumah tangga.  Jika ayah dan Ibu menepati rumah yang besar, bukankah suasana sepi akan terasa lebih menyiksa?"

             Alangkah bijaknya sikap sang ayah yang tampak lugu dan polos itu. Dia seorang hartawan yang kekayaannya melimpah. Akan tetapi, keringatnya setiap hari selalu bercucuran. Dia ikut mencangkul dan menuai hasil kebunnya.
           "Anakku, jika ayah membangun sebuah istana indah, biayanya terlalu besar.  Biaya sebesar itu, kalau ayah pakai membangun rumah-rumah yang memadai untuk tempat tinggal, berapa banyak gelandangan bisa terangkat martabatnya menjadi warga terhormat?  Ingatlah, Anakku! Dunia ini disediakan oleh Allah untuk semua makluk-Nya.  Dunia ini juga cukup untuk memenuhi kebutuhan semua penghuninya.  Akan tetapi, dunia ini akan sempit dan terlalu sedikit, bahkan tidak cukup untuk menyejahterakan manusia, hanya karena keserakahan beberapa orang manusia."





Tidak ada komentar:

Posting Komentar