Senin, 20 Agustus 2012

Paku di Tiang




   Di masa lalu ada seoarang anak Muslim yang memiliki seorang anak lelaki bernama Mahmud. Anak lelakinya itu tumbuh menjadi seorang yang lalai menunaikan kewajiban-kewajibannya. Meskipun telah banyak ajakan, nasihat, dan perintah bapaknya agar Mahmud mengerjakan shalat, puasa, dan amal saleh lainya, Mahmud tetap meninggalkanya. Malah, ia suka bermaksiat. Mahmud suka berjudi, mabuk dan berbagai kemaksiatan lainya.

  Suatu hari, bapaknya itu memanggil Mahmud, dan berkata, "Anakku, engkau ini suka lalai beribadah dan malah suka berbuat maksiat. Mulai hari ini, aku akan menancapkan paku pada tiang di halaman rumah kita.
Setiap kali, engkau berbuat maksiat maka aku akan menancapkan satu paku ke tiang itu. Akan tetapi, setiap kali engkau berbuat satu kebajikan maka aku akan mencabut sebatang paku dari tiang ini.

  Sesuai dengan janjinya, setiap hari bapaknya menancapkan beberapa batng paku pada tiang itu, saat ia mengetahui Mahmud kembali bermaksiat. Kadang-kadang, dalam satu hari, ia sampai menancapkan puluhan paku di tiang itu. Ia jarang sekali mencabut paku itu keluar dari tiang karena Mahmud nyaris tidak pernah beramal saleh.

   Hari demi hari berganti, minggu demi minggu berlalu, bulan pun berganti bulan, tidak terasa tahun demi tahun pun terus beredar. Tiang yang berdiri di halaman rumah Mahmud nyaris dipenuhi paku dari bawah hingga ke atas. Hampir setiap permukaan tiang itu di penuhi paku. Ada paku-paku yang sudah berkarat karena hujan dan panas.

  Setelah melihat tiang di halaman rumahnya penuh dengan paku yang membelalakan mata, timbullah rasa malu pada diri Mahmud. Ia pun berniat untuk bertobat dan memperbaiki dirinya. Mulai saat itu juga, Mahmud mulai mengerjakan shalat. Hari itu saja, lima butir paku telah di cabut bapaknya dari tiang itu. Besoknya, Mahmud shalat lagi di tambah dengan shalat sunnah sehingga paku-paku di tiang halaman rumahnya itu semakin banyak yang di cabut bapaknya.

   Hari berikutnya Mahmud meninggalkan sisa-sisa maksiat yang melekat sehingga semakin banyaklah paku-paku yang di cabut bapaknya. Hari demi hari, semakin banyak kebaikan yang Mahmud lakukan, dan semakin banyak maksiat yang ditinggalkanya, hingga akhirnya hanya tinggal sebatang paku yang tinggal melekat di tiang itu.

  Kemudian bapaknya memanggil Mahmud dan berkata, "Lihatlah anakku, ini paku terakhir dan akan aku cabut keluar sekarang. Tidakkah engkau gembira?"
Mahmud terdiam sambil memandang tiang itu. Ia bukanya gembira seperti dugaan bapaknya, Mahmud malah menangis terisak-isak.
"Kenapa anakku?"  tanya bapaknya, "aku menyangka, engkau tentu akan gembira karena semua paku itu telah aku cabuti."

   Dalam tangisnya, Mahmud berkata, "Wahai bapakku, sungguh benar kata-katamu, paku-paku itu telah tiada, tetapi aku bersedih karena parut-parut lubang dari paku itu tetap membekas di tiang, bersama dengan karatnya. Begitu dengan kemaksiatan yang telah aku lakukan. Bekas dan karatnya pun masih ada. Bantulah aku untuk menjadi lebih baik.

  Bapaknya pun langsung mengiyakannya. Ia memeluk Mahmud dengan perasaan haru dan bahagia, melihat Mahmud telah sadar sepenuhnya.



Di kutip dari buku 100 Kisah Islami Pilihan
karya Salman Iskandar




Senin, 13 Agustus 2012

Mengingat dan Mengenal Dosa




       Di timur Tengah, ada seorang manusia yang hendak menghitung dosa dosa yang telah di lakukannya. Untuk menghitungnya, ia mengunakan batu kerikil kecil dan menyediakan sepetak halaman di depan rumahnya.

      Keesokan harinya, ia mulai menghitung-hitung dosa yang telah di lakukan. ia ingat bahwa tadi pagi telah melakukan kesalahan kesalahan yang terkategori dosa. Lalu ia pun melemparkan satu batu kerikil ke depan halaman rumahnya. Pada siang harinya lagi, ia mencoba mengingat kembali dosa yang telah dilakukanya. Tanganya pun melempar kembali satu batu kerikil lagi ke halaman rumahnya.

     Ketika sore tiba, ia pun ingat bahwa tadi siang telah melakukan perbuatan dosa. Lantas, ia pun kembali melemparkan batu kerikil ke depan rumahnya. Di saat waktu Magrib juga ia melakukan hal yang sama.

     Begitulah setiap hari, ia berupaya menghitung hitung dosa yang telah di lakukanya. Selama satu bulan penuh ia melakukanya tanpa henti. Sampai akhirnya halaman rumahnya telah di penuhi kerikil yang bergunung gunung. Saking banyaknya dosa yang telah ia lakukannya.

     Lantas, ia pun menyadari bahwa dosa yang telah dilakukanya itu sangat besar dan banyak sekali. Dari sanalah, ia berpendapat bahwa dosa yang di perbuat manusia seakan tidak tampak karena manusia jarang menghitungnya.

      Dari sinilah, manusia yang merasa dosanya telah mengunung akan membekali dirinya dengan daya gugah yang mendorong dirinya untuk berubah lebih baik. Selayaknya mulai hari ini, kita mulai menghitung dosa dosa yang telah kita perbuat. Setelah itu, segera bertobatlah kepada Allah Swt dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali.



Umar dan Pengembala Ternak



    Pada suatu hari ketika Umar mengadakan perjalanan dari Madinah menuju Makkah, di tengah perjalan, ia bertemu dengan seseorang pemuda yang sedang menggembala kambing yang sangat banyak. Melihat penggembala dengan ternak gembalaanya yang sangat banyak itu maka terbetiklah di hati Umar umtuk menguji keimanan pemuda itu dalam mengontrol seluruh amal perbuatanya.

      Umar pun bertanya kepada pemuda itu, "Anak muda, bolehkan aku membeli seekor saja hewan gembalaanmu?"
      Pemuda itu menjawab acuh tak acuh, "Aku ini hanya seorang budak, tuan."
"Memangnya kenapa? Aku tidak peduli engkau seorang budak atau bukan. Aku hanya ingin membeli seekor saja, dan aku melihat hewan gembalaanmu ini banyak sekali, tentu majikanmu seorang yang sangat kaya. Kehilangan seekor kambing apalah artinya. Engkau katankan saja bahwa seekor serigala telah memangsanya, pasti majikanmu percaya," kata Umar membujuknya.

     Mendengar bujukan ini, pemuda itu memandang Umar dengan tatapan aneh, ia pun berkata,"Benar tuan, kambing ini memang sangat banyak dan majikanku seorang saudagar kaya. Jika aku berdusta pun, ia tidak akan pernah tau dan apalah arti seekor kambing baginya. Namun tuan, fa'ainallah di manakah Allah?"

Umar terdiam mendengar perkataan Si Pemuda.
      "Keimanan kepada Allah itulah keyakinanku tuan! Demi mendapatkan keimanan ini aku telah melalui teriknya gurun sahara hingga terkelupas telapak kaki ku. Aku sudah menemani sunyi dan dinginya malam sampai berurai air mata, dan telah aku selami dalamnya samudra pengetahuan untuk memperoleh mutiara keimanan ini. Aku melakukan semua ini dengan mengorbankan sesuatu yang agung demi mendapatkan suatu yang lebih agung. Namun sekarang, tuan ingin menukar keyakinan ini dengan sekeping dinar? tidak tuan, tidak! Bagaimana mungkin, aku sudi menukar mutiara berharga dengan sebongkah batu biasa? Mungkinkah aku rela menjual intan permata dengan perak tak berharga? Sungguh, seandainya aku harus memilih antara kesenangan dunia dengan keimanan ini maka aku tidak akan sudi menjual keimananku ini."

      Mendengar jawaban pemuda itu, berguncang tubuh Umar hingga jatuh pingsan tidak sadarkan diri. Setelah siuman, Umar pun menangis meneteskan air matanya. Lalu, Umar bertanya kepada pemuda pengembala ternak itu, "Wahai anak muda, di manakah rumah majikanmu?"
       "Untuk apa tuan ingin tau rumah majikanku?" jawab sang pemuda.
         "Sudahlah, tunjuki aku di mana rumah majikanmu, aku sangat ingin bertemu denganya!" desak Umar.
Singkat cerita. diantarkanya Khalifah Umar ke rumah majikan Si Penggembala itu. Sesampai di rumah majikanya, Umar membeli pemuda itu dan segera memerdekakannya.

        Saat Umar membebaskanya. ia memegang ke dua bahu Si Pemuda, sambil berkata, "Kalimah ini telah memerdekakan engkau dunia ini dan aku berharap semoga kalimah ini pula yang akan membebaskan engkau dari azab neraka di akhirat kelak?"








Di kutip dari buku 100 Kisah Islami Pilihan
Karya Salman Iskandar





Minggu, 12 Agustus 2012

Waktu waktu yang di Haramkan untuk Shalat




Dari Ibnu Abbas ra berkata, "Datanglah orang-orang yang diridhai dan ia ridha kepada mereka yaitu Umar, ia berkata bahwasanya Nabi Saw melarang shalat sesudah Shubuh hingga matahari bersinar, dan sesudah Ashar hingga matahari terbenam."    (HR Bukhari)


Dari Ibnu Umar ra berkata, "Rasulullah Saw bersabda, apabila sinar matahari terbit maka akhirkanlah (jangan melakukan) shalat hingga matahari tinggi. Dan apabila sinar matahari terbenam, maka akhirkanlah (jangan melakukan) shalat hingga matahari terbenam."   (HR. Bukhari)


Dari Abu Hurairah ra bahwa "Rasulullah Saw melarang dua shalat. Beliau melarang shalat sesudah shalat Shubuh sampai matahari terbit dan sesudah shalat Ashar sampai matahari terbenam."  (HR. Bukhari)


Dari Muawiyah bin Abu Sufyan ra, ia berkata (kepada suatu kaum), "Sesungguhnya kamu melakukan shalat (dengan salah). Kami telah menemani Rasulullah Saw, kami tidak pernah melihat beliau melakukan shalat itu karena beliau telah melarangnya, yaitu dua raka'at sesudah shalat ashar."  (HR. Bukhari)


Dari Uqbah bin amir ra,  "Rasulullah Saw melarang shalat pada tiga saat: (1) ketika terbit matahari sampai tinggi, (2) ketika hampir Zhuhur sampai tergelincir matahari, (3) ketika matahari hampir terbenam."   (HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra, "bahwa Rasulullah Saw telah melarang shalat pada waktu tengah hari tepat (matahari di atas kepala), sampai tergelincir matahari kecuali pada hari Jumat."  (HR. Abu Dawud)


Menurut Jummur (mayoritas) ulama, shalat ini adalah sunnah Tahiyatul Masjid , selain shalat ini tetap di larang melakukan shalat apapun.
Rasulullah Saw bersabda, "Matahari terbit dengan diikuti setan. Pada waktu mulai terbit, matahari berada dekat dengan setan, dan ketika telah mulai meninggi berpisah darinya. Pada waktu matahari berada tepat di tengah-tengah langit, ia kembali dekat dengan setan, dan ketika telah zawal (condong ke arah barat) ia berpisah darinya. Pada waktu hampir terbenam, ia dekat dengan setan, dan terbenam ia berpisah lagi darimya."  (HR Nasa'i)


Waktu-waktu itu adalah waktu yang haram untuk melakukan shalat. Artinya, jika kita melakukan shalat sunnah pada waktu haram maka bukanlaj pahala yang kita dapatkan, malah amalan dosa yang kita dapatkan
Waktu-waktu haram yang mengapit shalat Dhuha,
1.  Waktu haram yang pertama adalah sesudah shalat Subuh hingga matahari bersinar atau kurang lebih sejak jam 06:00 hingga 07:45 pagi.
2.  Waktu haram yang kedua adalah ketika hampir masuk waktu Zhuhur hingga tergelincirnya matahari, atau kurang lebih jam 11:30 hingga 12:00 siang




Jumat, 03 Agustus 2012

Do'a ketika menanggalkan Pakaian




      Bismillahahil ladzii laa ilaaha illa huwa


"Dengan menyebut nama Allah, Zat yang tiada yang berhak di sembah selain Dia".

Riwayat doa ini terdapat dalam kitab 'Amal Al-Yaum Wa Al-Lailah karya tulis Ibnus Sunni

Do'a ketika mengenakan pakaian Baru



           Allahumma lakal hamdu anta kasawtaniihi as-aluka min khayrihi wa khayri maa shuni'a lahu wa a'uudzu bika min syarrihi wa syarri maa shuni'a lahu


"Ya Allah hanya milik-Mu segala puji, Engkau-lah yang memberikan pakaian ini kepadaku. Aku memohon kepada-Mu untuk memperoleh kebaikannya dan kebaikan yang ia ciptakan karenanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatanya dan kejahatan yang ia ciptakan karenanya.

(Doa ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, Al-Baghawi, dan bisa dilihat dalam kitab Mukhtashar Syamaailit Tirmidzi oleh Al-Albani)



Do'a ketika mengenakan Pakaian




       Alhamdu lillaahil ladzii kasaanii haadza (ats-tsau-ba) wa razzaqoniihi min ghayri hauwlin minnii walaa quwwatin.


"Segala puji bagi Allah yang telah memberi pakaian ini kepadaku sebagai rezeki dari-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku."

   (Doa ini diriwayatkan oleh seluruh penyusun kitab Sunan, kecuali A-Nasa-i, lihat dalam kitab Irwaa-ul Ghaliil)

Do'a Bangun Tidur




   "Alhamdu lillaahil ladzii ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wailayhin nusyuur."

"Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan (membangunkan)kami setelah mematikan(menidurkan) kami dan hanya kepada-Nya dikumpulkan."

Do'a ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, liat dalam kitab Fathul Baari)

Telah Kucukupkan kepadamu Nikmat-Ku




     Kalimat ini di turunkan di 'Arafah. Sebagian orang ada yang mengira bahwa nikmat itu terletak pada tempat tinggal, rumah ,uang, gedung, hidangan yang lezat, dan kendaraan yang mewah. Lalu di manakah nikmat itu?
       Apakah yang dimaksud oleh firman-Nya:
    "...Dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku...?"  (QS. Al-Maa'idah (5): 3)


Artinya, perut beliau Saw yang diikat dan diganjal dengan batu karena panasnya rasa lapar, tikar membekas pada lambungnya, dan rumahnya hanya setinggi orang berdiri yang di bangun dari batu bata tanah liat, maka di manakah nikmat itu?

Ingatlah, sesungguhnya nikmat itu adalah prinsip-prinsip yang kekal yang disampaikan olehnya dan dijiwai serta dihayati oleh ruh dan kalbunya hingga mendarah daging denganya.

Ingatlah, sesungguhya nikmat itu adalah akhlaqnya yang cemerlang lagi suci dan meresap ke dalam kalbu para pengikutnya sampai hari pembalasan nanti.

Ingatlah, sesungguhnya nikmat itu berupa cahaya yang dibawanya kepada orang-orang yang tertatih-tatih dalam kegelapan, lalu ia keluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya yang terang, yaitu berupa wahyu yang diamanatkan kepadanya untuk ia sampaikan kepada seluruh dunia.
         "....Dan Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui dan adalah karunia Allah kepadamu sangat besar."  (QS. An-Nissa' (4): 113)


Sesungguhnya Nabi Saw diutus untuk membawa risalah robbani ini, yang dunia belum pernah kedatangan risalah semisal denganya, dan belum pernah mendengar suara yang lebih bijak dan lebih mulia dari padanya.

Nabi Saw di utus saat Jazirah Arabia lesu sumber ekonominya dan kelabu sumber daya alamnya serta melangkah berat menanggung banyak beban hingga membuatnya berjalan jatuh bangun di punggung sejarah

Nabi Saw di utus saat Jazirah Arabia memerlukan panti-panti asuhan, tempat-tempat penampungan, rumah-rumah sakit utuk menangulangi berbagai penyakit yang melanda manusia, dan benteng-benteng pertahanan untuk melindungi umatnya.

Nabi Saw di utus kepada suatu umat yang bisa memakan bangkai, menyucikan bebatuan, dan percaya kepada perdukunan. Oleh karena itu, tugas yang diembanya lebih berat daripada membangun rumag, mendirikan madrasah, membuat rumah sakit, atau membangun benteng.
       "Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam".    (QS. Al-Anbiyaa'  (21): 107)


Selanjutnya, dia menuangkan kedalam akal manusia fitrah yang sehat yang terpendam dalam diri mereka, menyuapi ruhani mereka dengan santapan wahyu, membangunkan jiwa mereka dari kelalaiannya yang mendalam, dan memberitakan kepada seluruh dunia bahwa di sana ada alam dan kehidupan lain, yaitu hari saat semua manusia berdiri di hadapan Tuhan semesta alam untuk menjalani peradilan-Nya.

Betapa meruginya orang yang lalai, berapa banyak manusia yang terbunuh oleh pisau hawa nafsu, sedang si miskin yang menjadi korban tidak menyadarinya. Berapa banyak orang yang binasa karena terjerat oleh tali duniawi, sedang yang di kenainya tenang dan tertawa, padahal maut menyerunya: "Celakalah kamu!" Dia bermain-main dengan senang nya. Dia mengira bahwa tempat dia bermain lebih mengingginkanya dari pada kematian.

Semoga Allah menaikan kita ke bahtera Muhammad Saw, karena sesungguhnya kita telah di seru oleh penyeru perjalanan: "Naiklah bersama kami dan janganlah kamu bersama dengan orang-orang yang lalai." Juru penyeru pun telah memperingatkan kita melalui seruanya bahwa tidak ada yang dapat melindungi kita dari azab Allah, kecuali orang yang dirahmati oleh-Nya.




Bersabarlah Anda



    "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi hari dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya dan jagalah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan jaganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaanya itu melewati batas." (QS. Al-Kahfi (18): 28)


         Santapan kalbu adalah mengingat Yang Maha Mengetahui semua yang ghaib. Sesungguhnya penyeru telah mengumandangkan: "Hayya 'alal falaah!" (Marilah menuju kepada keberuntungan), maka seruan itu dipenuhi oleh jiwa-jiwa yang sehat.

          Ahli hawa nafsu duduk seraya mencemari lisan mereka dengan melecehkan kehormatan orang lain, melanggar hal-hal yang diharamkan, dan merobek tirai-tirai kaum mukmin. Mereka membangun rumahnya, sedang liang lahatnya mereka runtuhkan. Mereka menghiasi jubahnya, sedang kubur mereka dirusaknya.

         Pada saat itulah ahli iman penyampai taufiq bersiap-siap memenuhi seruan dengan penuh tekad dan semangat di penghujung malam hari, sedang kalbu mereka dipenuhi dengan ketenangan karena mengingat Tuhan mereka: Lisan mereka senantiasa mendengarkan pujian Tuhan mereka; lisan meraka senantiasa mendendangkan pujian kepada Tuhannya; dan mata mereka mengalirkan air mata kecintaan. Mereka menjual darahnya kepada Allah seraya menunggu untuk dikorbankan demo membela jalan-Nya dan mereka merelakan dirinya untuk berkhidmad kepada-Nya. Setiap kelelahan di jalan keridhaan-Nya merupakan kerehatan. Setiap begadang dalam ibadah kepada-Nya merupakan hiburan dan setiap rasa lapar karena-Nya merupakan ghanimah.


Manakala anda melihat pengabdi duniawi mengibar-ngibarkan mata uang dirhamnya yang licin seraya menggonggong seperti serigala kelaparan, maka sabarkanlah diri anda.

Apabila orang-orang yang membuang-buang waktunya dengan  begadang lagi lalai dalam kesendirianya. berat melakukan ketaatan, dan meloloskan dirinya dari shalat berjama'ah, berseru mengajak anda, maka sabarkanlah diri anda.

Apabila anda mendengar irama dawai, serangan orang-orang yang angkuh, kebinalan orang-orang yang hidup mewah, dan penindasan yang dilakukan oleh orang-orang yang menakut-nakuti orang lain, maka sabarkanlah diri anda.

Di sisi kita terdapat apa yang lebih baik dari pada yang ada pada mereka. Kehidupan kita adalah kesungguhan, sedang kehidupan mereka adalah main-main. Kekuasaan mereka goyah, sedang kekuasaan kita tidak megenal adanya pemecatan. Setiap kali kita melemah dan akan tunduk, pemberi peringatan menyerukan: "Sabarkanlah dirimu!"

Wahai orang-orang nukmin, pernahkan Anda mencium minyak misik yang harum dari bau nafas orang-orang yang bertobat? Apakah Anda pernah mendengar adanya air yang lebih tawar dan lebih segar dari pada air mata orang-orang yang menyesali dosa-dosanya? Pernahkah anda melihat pakaian yang lebih indah dari pada pakaian orang-orang yang tidak punya apa-apa? Pernahkan anda melihat iringan yang lebih suci daripada iringan orang-orang yang thawaf?

Wahai orang-orang muslim, pernahkah anda melakukan shalat dua raka'at dan mencucurkan air mata? Ketahuilah bahwa hidup tanpa ruku' sama dengan kehancuran dan usia tanpa air mata sama dengan kerungian.

Rasul kita Saw menyendiri di gua , maka turunlah kepadanya cahaya yang mendatangkan berita gembira kenabian dari Yang Ghaib pada penghujung malam, menebarkan keharuman dan membelah kesunyian alam. Selanjunya, orang-orang yang mendapat taufiq dengan hati yang penuh ketenangan menyebarkanya dari satu rumah ke  rumah yang lain, muncullah kerasulan di kota Makkah. Tiba-tiba munculah wahyu yang terang bagaikan sinar mentari terbin dari balik punggung sejarah, membawa rahasia prinsip-prinsip yang tinggi dan kemuliaan bagi orang-orang yang merindukanya. Di tangan anak yatim terpegang pelita dari Thursina, yang dalam darahnya mengalir aqidah yang hangat menantang semua thaghut dan keangka murkaan.  Pada penampilanya terdapat janji yang senantiasa di baca oleh para pengikutnya dari kalangan para ahli qurra'  dan orang-orang yang kembali ke jalan-Nya.

Maka muncullah cahaya yang di bawanya. Setiap negeri yang tidak bahagia dengan keberadaanya, negeri itu bakal celaka. Setiap mata yang tidak menyaksikanya, mata itu buta. Demiakian itu karena Allah menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya melalui Rasul-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya.

           "Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan  dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Sesunguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus". (QS. Asy-Syuura (42): 52)









Rabu, 01 Agustus 2012

Kisah Do'a Ummu Dawud II




        Usahakan tidak ada seorangpun memasukinya dan mengajak bicara denganmu, atau sisa waktunya isi dengan zikir dan amalan sunnah. Jika perlu catatlah amalan dan doa ini, Sesudah membaca doa ini, sujudlah sambil membaca doa: Allahumma laka sajadtu..
_

Usahakan matamu ikut bertasbih dengan tetesan air matamu. Karena hal itu menjadi tanda ijabahnya doa, terbukanya hati dan terbuahkanya ibrah (pelajaran). Jagalah baik-baik apa yang telah aku ajarkan padamu, hati-hati jangan sampai jatuh pada orang lain yang akan memanfaatkan doa ini untuk tujuan yang tidak benar.

Karena doa ini adalah doa paling agung, yang jika berdoa dengannya, Allah akan mengijabah doanya dan memberi apa  yang dimohonya walaupun langit dan bumi telah menempel, semua lautan telah menyatu dengan yang lain. Semuanya akan berada di antara kamu dan hajatmu. Dengan doa ini Allah azza wa jalla akan memberi kemudahan padamu untuk mencapai apa yang kamu inginkan, memberimu apa yang kamu harapkan, menunaikan hajatmu dan menyampaikan kamu apa keinginanmu.

Siapa saja, laki maupun perempuan, yang berdoa dengan doa ini ia akan diijabah doanya oleh Allah Swt. Sekiranya semua jin dan manusia memusuhi anakmu, niscahya Allah melindungi dari bahaya mereka, menjagamu dari kejahatan lisan mereka, dan menghunakan kedudukan mereka, insya Allah.

           Ummu Dawud berkata: Setelah mencatat aku pulang kerumah. Ketika memasuki bulan Rajab, aku menunggu hari-hari itu. Aku berpuasa dan berdoa sebagaimana yang beliau perintahkan kepadaku. Sesudah melakukan shalat Maghrib dan Isya' dan sesudah berbuka puasa, aku melakukan shalat-shalat sunnah sehingga larut malam. Lalu aku tidur. Dalam tidurku aku bermimpi  bershalawat kepada malaikat, para nabi, para syuhada, para abdal dan hamba-hamba Allah yang shalehm dan aku bermimpi Rasulullah Saw, Dalam mimpiku beliau berkata padaku: "Wahai puteriku, wahai Ummu Dawud, berbahagialah! Semua yang kamu inginkan agar saudara-saudaramu menjadi penolongmu dan memberi syafaat untukmu, permohonan ampun bagimu, semua membahagiakanmu, hajatmu telah tercapai.

Berbahagialah dengan ampunan Allah dab ridha-Nya, kamu telah dibalas dengan kebaikan. Berbahagialah! Allah telah menjaga anakmu dan akan mengembalikanya padamu, insya Allah.

 Kemudian aku terbangun dari tidurku. Demi Allah, tidak lama kemudian nampaklah dari jauh seorang pengendara yang berlari kencang dari Irak. Setelah mendekat padaku ternyata dia adalah anakku Dawud.
Ia berkata padaku: Wahai ibuku, aku di penjara di Irak dalam ruangan penjara yang sangat sempit. Aku tak punya harapan untuk dilepaskan dari penjara. ketika tidur malam nishfu Rajab aku bermimpi, melihat dunia merendah padaku sehingga aku melihatmu sedang melakukan shalat di sajadahmu dikelilingi oleh para tokoh, kepala mereka di langit dan kaki mereka di bumi. Mereka berpakaian warna hijau, mereka bertasbih di sekitarmu.

Salah seorang dari mereka berwajah tampan seperti indahnya wajah Nabi Saw, pakaianya bersih, baunya harum, ucapanya lembut, beliau berkata padaku: Wahai putra seorang ibu yang sudah tua dan shalehah, berbahagialah! Doa ibumu telah diijabah oleh Allah azza wa jallah. Lalu aku terbangun. Tak lama kemudian di malam itu juga seorang utusan Abu Ad-Dawaniq mendatangiku, ia memerintahkan agar melepaskan rantai besiku, ia bersikap baik padaku, ia juga memerintahkan agar memberiku uang sepuluh ribu dirham, dan mengantarkan aku pada seorang yang mulia dan mempercepat perjalananya. Sehingga sampailah aku di Madinah.

Ummu Dawud berkata: Aku segera membawa anakku ke rumah Abu Abdillah bin Ja'far Ash-Shadiq. Setelah kuucapkan salam padanya aku ceritakan tenteng anakku. Kemudian Beliau berkata: "Abu Ad-Dawaniq bermimpi Ali bin Abi Thalib berkata: 'Lepaskan cucuku; jika tidak, kamu akan dicampakkan ke neraka'. Dalam mimpinya ia melihat seakan di bawah kaki ada bara api, lalu ia terbangun dan terjatuh. Karena itu ia membebaskan kamu dari penjara.




Kisah Do'a Ummu Daud




                 Kisah ini diceritakan oleh Ibrahim bin Ubaidillah bin Fadhel bin Ula' Al-Madani. Ummu Dawud adalah Fatimah putri Abdillah bin Ibrahim, saat itu usianya sangat tua.

Ummu Dawud berkata: "Abu Ad-Dawaniq telah membunuh Abdullah bin Hasan, ia juga sebelumnya membunuh kedua putra Abdullah yaitu Muhammad dan Ibrahim. Kemudian ia menangkap anakku Dawud bin Al-Husein di Madinah, bersama anak pamannya Al-Husain. Ia mengikatnya dengan rantai besi, lalu membawanya ke irak. Sejak saat itu aku tidak pernah melihat anakku dan tidak pernah mendengar beritanya, ia di penjara di Irak.

               Aku sangat sedih, aku hanya bisa memohon kepada Allah dan merendahkan diri di dihadapan-Nya. Aku memohon kepada Alah SWT agar anakku segera dibebaskan dari penjara. Aku juga minta tolong kepada saudara-saudaraku yang zuhud dan ahli ibadah untuk memohonkan kepada Allah agar aku segera dipertemukan dengan anakku sebelum kematianku. Mereka telah bersungguh-sungguh melakukan harapanku.

              "Di kemudian hari aku mendengar berita bahwa anakku dibunuh. Sebagian orang memberitakan bahwa anakku bersama anak pamanya akan digantung. Aku sangat sedih, semakin hari semakin kurasakan besar musibahku. Aku merasa bahwa do'aku tidak diijabah dan permohonanku tidak diperkenankan. Hatiku tersa sempit, umurku semakin tua, tulangku semakin ringkih, hampir-hampir aku merasa putus asa karena anakku, lemahnya tubuhku dan menuanya umurku.

              Pada suatu hari aku mendengar Abu Abdillah Ja'far bin Muhammad Ash-Shadiq. Saat itu beliau sedang sakit. Setelah bertanya keadaanya dan mendoakanya, aku minta izin untuk pulang. Saat aku mau pulang beliau bertanya: wahai Ummu Dawud bagaimana berita tentang Dawud, engkau telah menyusuiku bersamanya".

              Mendengar pertanyaannya aku menangis sambil berkata: Jadikan aku tebusanmu, Dawud dipenjara di Irak. Sejak itu aku tidak mendengar lagi beritanya, aku hampir putus asa untuk bisa berjumpa dengannya. Aku sangat merindukannya. Aku mohon engaku mendoakanya karena dia adalah saudara mu sesusu.

             Imam Ja'far Ash-Shadiq berkata: Wahai Ummu Dawud, tahukah kamu tentang doa Istiftah, doa mustajabah dan doa keselamatan. Dengan doa ini Allah Azza wa Jallah membukakan pintu-pintu langit, para malaikat akan hadir untuk menyampaikan kabar gembira tentang ijabahnya doa. Inilah doa yang mustajabah, doa yang tak ada hijab dengan Allah azza wa Jalla, orang yang membacanya akan mendapatkan pahala surga.

            Ummu Dawud bertanya: Wahai putra orang-orang suci, bagaimana cara aku mengamalkanya?
Beliau berkata: Wahai Ummu Dawud, sebentar lagi kita akan memasuki bulan yang mulia yaitu Rajab, bulan yang penuh berkah, bulan yang besar kemuliaanya, di dalam doa didengar oleh Allah Swt. Berpuasalah selama tiga di dalamnya, hari ke 13,14, dan 15; inilah hari-hari biydh (purnama).

Kemudian lakukan mandi sunnah pada hari nishfu ketika matahari tergelincir; lalu lakukan shalat sunnah Zawal delapan rakaat (setiap dua rakaat salam) secara khusuk, sempurnakan rukuk dan sujudnya serta qunutnya. Pada rakaat pertama sesudah Fatihah membaca surat Al-Ikhlash (6 kali), pada rakaat berikutnya baca surat-surat pendek sesuai dengan yang kamu kehendaki. Selanjutnya lakukan shalat Zuhur; kemudian lakukan lagi shalat sunnah delapan rakaat, sempurnakan rukuk dansujudnya serta qunutnya. Lakukan shalat ini di rumah yang bersih dan tempat yang bersih, pakailah wangi-wangian, karena para malaikat menyukainya.

   




Do'a seorang Pemuda agar dimudahkan menundukkan pandangan dari yang haram



         Ada seorang pemuda yang sempat melihat vidio-vidio (porno) dan gambar lain yang diharamkan. Ia pun bertekad kuat agar terhindar dari meluhat yang seperti itu. Namun ia tidak mampu. Kemudia ia mampu. Ia berdoa kepada Allah Ta'ala agar Allah menjaga pendengaran dan penglihattanya dari yang haram. Akhirnya, Allah memperkenankan do'anya. Dari sini ia pun tidak suka melihat gambar-gambar yang terlarang seperti itu. Smapai-sampai ia pun bisa menghafalkan Al-Qur'an karena sikapnya yang menjahui maksiat.

        KIsah ini membuktikan bahwa kita bisa terhindar dari maksiat hanya dengan taufik Allah, jalanya adalah dengan banyak memohon pada Allah. Laa hawla wa laa quwwata illa billah, tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan dan menjahui maksiat kecuali dengan pertolongan Sang Rahman. Do'a yang Nabi Saw ajarkan agar kita bisa menjaga pandangan, pendengaran dan hati kita dari kejelekkan dan maksiat adalah doa:
        "Allahumma inni a'udzu bika min syarri sam'ii wa min syarri bashorii, wa min syarri lisaanii, wa min syarri qolbii wa min syarri maniyyii"


        "Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari kejelekkan pendengaran, penglihatan, lisan, hati dan angan-angan yang rusak." (HR. Daud)