Kalimat ini di turunkan di 'Arafah. Sebagian orang ada yang mengira bahwa nikmat itu terletak pada tempat tinggal, rumah ,uang, gedung, hidangan yang lezat, dan kendaraan yang mewah. Lalu di manakah nikmat itu?
Apakah yang dimaksud oleh firman-Nya:
"...Dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku...?" (QS. Al-Maa'idah (5): 3)
Artinya, perut beliau Saw yang diikat dan diganjal dengan batu karena panasnya rasa lapar, tikar membekas pada lambungnya, dan rumahnya hanya setinggi orang berdiri yang di bangun dari batu bata tanah liat, maka di manakah nikmat itu?
Ingatlah, sesungguhnya nikmat itu adalah prinsip-prinsip yang kekal yang disampaikan olehnya dan dijiwai serta dihayati oleh ruh dan kalbunya hingga mendarah daging denganya.
Ingatlah, sesungguhya nikmat itu adalah akhlaqnya yang cemerlang lagi suci dan meresap ke dalam kalbu para pengikutnya sampai hari pembalasan nanti.
Ingatlah, sesungguhnya nikmat itu berupa cahaya yang dibawanya kepada orang-orang yang tertatih-tatih dalam kegelapan, lalu ia keluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya yang terang, yaitu berupa wahyu yang diamanatkan kepadanya untuk ia sampaikan kepada seluruh dunia.
"....Dan Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui dan adalah karunia Allah kepadamu sangat besar." (QS. An-Nissa' (4): 113)
Sesungguhnya Nabi Saw diutus untuk membawa risalah robbani ini, yang dunia belum pernah kedatangan risalah semisal denganya, dan belum pernah mendengar suara yang lebih bijak dan lebih mulia dari padanya.
Nabi Saw di utus saat Jazirah Arabia lesu sumber ekonominya dan kelabu sumber daya alamnya serta melangkah berat menanggung banyak beban hingga membuatnya berjalan jatuh bangun di punggung sejarah
Nabi Saw di utus saat Jazirah Arabia memerlukan panti-panti asuhan, tempat-tempat penampungan, rumah-rumah sakit utuk menangulangi berbagai penyakit yang melanda manusia, dan benteng-benteng pertahanan untuk melindungi umatnya.
Nabi Saw di utus kepada suatu umat yang bisa memakan bangkai, menyucikan bebatuan, dan percaya kepada perdukunan. Oleh karena itu, tugas yang diembanya lebih berat daripada membangun rumag, mendirikan madrasah, membuat rumah sakit, atau membangun benteng.
"Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". (QS. Al-Anbiyaa' (21): 107)
Selanjutnya, dia menuangkan kedalam akal manusia fitrah yang sehat yang terpendam dalam diri mereka, menyuapi ruhani mereka dengan santapan wahyu, membangunkan jiwa mereka dari kelalaiannya yang mendalam, dan memberitakan kepada seluruh dunia bahwa di sana ada alam dan kehidupan lain, yaitu hari saat semua manusia berdiri di hadapan Tuhan semesta alam untuk menjalani peradilan-Nya.
Betapa meruginya orang yang lalai, berapa banyak manusia yang terbunuh oleh pisau hawa nafsu, sedang si miskin yang menjadi korban tidak menyadarinya. Berapa banyak orang yang binasa karena terjerat oleh tali duniawi, sedang yang di kenainya tenang dan tertawa, padahal maut menyerunya: "Celakalah kamu!" Dia bermain-main dengan senang nya. Dia mengira bahwa tempat dia bermain lebih mengingginkanya dari pada kematian.
Semoga Allah menaikan kita ke bahtera Muhammad Saw, karena sesungguhnya kita telah di seru oleh penyeru perjalanan: "Naiklah bersama kami dan janganlah kamu bersama dengan orang-orang yang lalai." Juru penyeru pun telah memperingatkan kita melalui seruanya bahwa tidak ada yang dapat melindungi kita dari azab Allah, kecuali orang yang dirahmati oleh-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar