Tidak
hanya melahirkan teknologi baru dalam sejarah peradaban Islam, namun
juga
melahirkan saintis Muslimah pertama
dalam bidang komunikasi dan
transportasi
Konon , astronomer dan ahli matematika
asal Mesir, Claudius Ptolemy, merupakan orang pertama yang menulis tentang
proyeksi dalam karyanya yang terkenal dengan Planisphaerium. Dia juga disebut-sebut oleh situs astrolabes.org, sebagai orang yang
menyempurnakan gemoteri dasar dari system bumi-matahari yang di gunakan untuk
merancang astrolabe di kemudian hari.
Namun tidak ada
yang tahu persis kapan proyeksi stereografik benar-benar berubah menjadi
instrument yang kita kenal sekarang sebagai astrolabe.
Astrolabe
merupakan salah satu perangkat navigasi yang umumnya tidak besar. Bentuknya
seperti bundar seperti jam saku dengan diameter 15 cm, meski ada beberapa yang
dibuat dalam skala besar. Meski sejara astrolabe dimulai lebih dari dua ribu
tahun yang lalu, tetapi prinsip-prinsip proyeksi astrolabe telah di kenal
sebelum 150 SM.
Sebelum pembuatan
astrolabe dipraktekkan dalam peradaban Islam, astronomi Islam atau Arab mengacu
pada perkembangan astronomi yang di buat di dunia Islam. Khususnya selama masa
keemasan Islam (antara 8 sampai 15 abad), dan sebagian besar ditulis dalam
bahasa Arab. Inilah yang menyebabkan atronomi Islam kemudian memiliki pengaruh
yang signifikan pada astronomi India, Bizantium dan Eropa serta astronomi Cina
dan astronomi Mali.
Hal ini juga
sejalan dengan penemuan astrolabe dalam dunia Islam, yang di perkenalkan petama
kali sekitar pertengahan abad ke delapan Masehi. Di tangan umat Islam,
astrolabe megalami perkembangan pesat. Ia kemudian diperkenalkan ke Eropa
melalui Islam Spanyol (al-Andalus) pada awal abad ke-12. Itu merupakan
instrument astronomi yang paling popular sampai sekitar tahun 1650, yang
kemudian digantikan oleh instrument yang lebih khusus dan akurat. Astrolabe
yang masih di haragai karena kemampuannya yang unik dan nilainya untuk
pendidikan astronomi.
Selain itu,
astrolabe merupakan penemuan yang sangat dihargai dalam Islam, karena
kemampuannya untuk menentukan waktu shalat, membantu para pelaut dalam
pelayaran, memperkirakan gerhana, dan mengukur bumi. Bahkan iadipakai sebagai
alat bantu dalam menemukan arah ke Makkah (penentuan kiblat). Penting untuk
dicatat ilmu falak adalah elemen yang sangat tertanam pada awal budaya Islam,
dan ia merupakan salah satu prinsip dari pengunaan astrolabe.
Uniknya, ada
sejumlah perbedaan gaya yang menarik antara astrolabe dari daerah timur Islam
(Masriq), Afrika Utara (Magribi) dan Moor Spanyol (Andalusia). Astrolabe juga
digunakan oleh Dinasti Mughal, India pada gaya yang kurang lebih rumit. Seperti
contohnya, pada astrolabe Persia yang sangat kompleks. Menurut situs astrolabes.org, astrolabe merupakan
sebuah computer astronomi yang sangat kuno untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan waktu dan posisi matahari dan bintang-bintang di langit.
Sejauh ini, jenis
astrolabe yang paling popular adalah astrolabe planispheric, dimana falak
diproyeksi ke bidang ekuator. Sebuah astrolabe tua yang khas terbuat dari
kuningan dan ukuranya sekitar 6 inci (berdiameter 15 cm), meskipun ada yang
dibuat jauh lebih besar dan lebih kecil.
Astrolabe digunakan untuk
menunjukkan bagaimana langit terlihat di tempat tertentu pada waktu tertentu.
Hal ini dilakakukan dengan menggambar langit pada muka astrolabe dan
menandainya, sehingga mudah untuk menemukan posisi langit.
Untuk mengunakan
Astrolabe, tingga menyesuaikan komponen yang bergerak ke tanggal dan waktu
tertentu. Setelah di tetapkan, banyak benda dari langit, baik terlihat dan tak
terlihat, terbaca di muka instrument. Hal ini memungkinkan banyak masalah
astronomi besar yang harus diselesaikan dengan cara yang sangat visual.
Yang khusus dari
penggunaan astrolabe yaitu mencari waktu siang atau malam untuk mengetahui
peristiwa di langit, seperti matahari terbit atau terbenam dan sebagai
referensi berguna untuk menentukan posisi langit.
Astrolabe juga
merupakan salah satu alat pendidikan astronomi dasar di akhir abad pertengahan.
Instrumen tua ini juga di gunakan untuk ilmu falak. Ada sumber lain
menyebutkan, astrolabe bukan instrument khusus navigasi, meskupun alat ini
sudah digunakan secara luas pada jaman Renaissans. Astrolabe yang digunakan
pelaut hanyalah sebuag cicin yang ditandai oleh ukuran derajat untuk mengukur
ketinggian langit.
LAHIRKAN SAINTIS MUSLIMAH PERTAMA
Astrolabe tidak hanya
melahirkan teknologi baru dalam sejarah peradaban Islam, namun ia juga
melahirkan saintis Muslimah pertama dalam bidang komunikasi dan transportasi,
bernama Mariam Al-Asturlabi.
President
Foundation For Science, Technology and Civilisation (FSTC), Prof Saleem
al-Hassani dalam Harian Arab Times
edisi November 2013, menyebutkan Mariam merupakan wanita Muslimah dan Arab
pertama yang mengatur dasar untuk transportasi dan komunikasi dunia modern.
Dalam situs 1001 inventions, Mariam al-Asturlabi
mempunyai nama lengkap Mariam al-Ijliya al-Asturlabi. Hanya saja di Barat nama
belakangnya menjadi Astrulabi. Ayahnya meruakan pembuat astrolabe terkenal.
Tidak dapat dipastikan kapan Mariam lahir, hanya saja ia diperkirakan sudah ada
pada abad ke-10 atau sekitar tahun 944 M.
Semasa hudupnya,
Mariam jiga menjadi murid ayahnya. Ia bekerja membangun astrolabe di sebuah
daerah bernama Aleppo, Suriah Utara. Arab
Times mencatat, Saif Al-Dawlah, penguasa saat itu yang bertanggung jawab
memimpin negeri tersebut dari tahun 944
M sampai 967 M, mempekerjakan Mariam saat itu.
Mariam tidak hanya
membuat astrolabe yang komplit, namun juga membuat satelit dan mesin yang sudah
terbilang canggih. Situs scienceinschool.org
menyebutkan, astrolabe yang dibuat oleh Mariam merupakan tipe awal dari GPS
atau Global Positioning System yang kini
telah dikembangkan oleh dunia Barat. Eropa mengunakan astrolabe ini sampai abad
18. Dengan alat ini, Eropa sangat terbantu dalam penemuan geografis pada masa
renaisans.
Sumber: Suara Hidayatullah